Sabtu, 30 Januari 2016

ASKEP Fraktur Calcanae Dextra Terbuka



ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. M.M
DENGAN FRAKTUR FEMUR DEXTRA 1/3 PROXIMAL TERBUKA
DI IRINA A BAWAH RSU Prof. DR. R.D. KANDOU MANADO


LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR


I.         Konsep Medik
A.       Pengertian
1.      Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan.
2.      Fraktur cruris adalah patah tulang pada kaki, yaitu pada bagian 1/3 tengah.

B.     Etiologi
Penyebab paling sering pada patah tulang adalah trauma dapat menyebabkan terjadinya fraktur baik secara langsung maupun tidak langsung.
-       Trauma langsung misalnya tulang patah pada tempat dikenalnya trauma karena benturan pada paha terjadinya fraktur femur.
-       Trauma tidak langsung terjadi patah tulang jauh dari tempat yang terkena benturan.

C.     Patofisiologi
Tulang dikatakan fraktur atau patah apabila terdapat intruksi dari kontinuitas. Biasanya fraktur disertai cedera jaringan diseputarnya yaitu ligamen, otot dan tendon, pembuluh darah dan persyarafan. Pada tulang yang patologik biasanya disebabkan oleh penyakit seperti infeksi tulang, tulang bisa patah karena otot-otot dapat mengobserbsi energi disebut fraktur stress.

D.    Manifestasi klinis
1.      Nyeri : nyeri tekan dan nyeri gerak
2.      Bergerak
3.      Deformitas
4.      Dislokasi sendi panggul dan sobeknya ligamenum didaerah lutut.

E.     Penatalaksanaan
Pada fraktur tertutup untuk sementara dilakukan fraksi kulit dengan metode ekstensi. Tujuannya untuk mengurangi rasa sakit atau mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut didaerah sekitar yang patah, setelah dilakukan fraksi kulit dapat karena operatif karena akan menyambung baik.
a)      Pengobatan Non Operatif
Dilakukan fraksi skeletal. Pada anak dibawah 3 tahun digunakan fraksi kulit Byart, sedangkan usia 3-13 tahun dengan fraksi Russel.
1.      Metode Perkin
Pasien tidur telentang 1 jari dibawah tubernositas. Tibia di bor dengan stermapin lalu ditarik dengan tali, paha ditopang dengan 3-4 bantal. Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu sampai terbentuk talus yang cukup kuat.
2.      Metode balance skeletal traktion
-   pola tidur telentang, 1 jari tuburasit tibia di bor
-   paha dipotong dengan Tomas splin sedangkan tungkai bawah dipotong oleh personal Bachment, tarikan dipertahankan sampai 12 minggu sampai tulangnya membentuk talus yang cukup kuat
-   kadang-kadang untuk mempersingkat waktu rawat, setelah ditraksi 8 minggu dipasang gips Hemispicah atau cast bracing.
3.      Tranksi kulit Bryan
Anak tidur terlentang kedua tungkai dipasang traksi kulit kemudian ditegakkan keatas, ditarik dengan tali yang diberi beban 1-2 kg sampai kedua bokong anak tersebut terangkat dari tempat tidur.
4.      Tranksi Russel
-       anak tidur terlentang dipasang plester dari batas lutut kebatas sling pada daerah kopliteal. Sling dihubungkan dengan tali yang diberi beban penarik
-       untuk mempersingkat waktu rawat, setelah 4 minggu distraksi dipasang gips hemispica karena talus yang terbentuk belum kuat benar.
b)      Penanganan Operatif
Indikasi operatif lain :
-             penanggulangan non operatif gagal
-             fraktur multipel
-             robeknya arteri femoralis
-             fraktur pada orang tua
Fraktur dapat dilakukan dengan cara terbuka atau tertutup. Cara terbuka yaitu dengan menyayat kulit Fasia sampai tulang yang patah, pen dipasang secara retregard.

F.      Komplikasi
Komplikasi dini fraktur femur terjadi syok dan emboli lemah. Sedangkan komplikasi lambat yang dapat terjadi Dolayet Union, mal union, kekakuan sendi lutut, infeksi dan gangguan saraf perifer akibat fraksi yang berlebihan.

II.      Konsep Keperawatan
A.  Pengkajian
Observasi temuan : letak fraktur
ü  Nyeri tekan, nyeri tekan edema
ü  Kulit terbuka atau utuh
ü  Warna dan suhu disekitar jaringan
ü  Adanya denyutan distal, pada daerah patah tulang
ü  Kesemutan
ü  Perdarahan, hematoma
ü  Keterbatasan mobilitas
ü  Posisi ekstremitas abnormal
ü  Tanda-tanda syok hipotensi, takikardi
ü  Pemeriksaan laboratorium/diagnostik
ü  Pemeriksaan radiologi dari fraktur
ü  Pemeriksaan aspirasi autroskopi

B.     Diagnosa Keperawatan
·                                                          Diagnosa I       : Kerusakan mobilitas fisik b/d fraktur dan cedera pada  jaringan sekitar.
      Tujuan          :     Tidak terjadi kerusakan pada jaringan kulit akibat fraktur dengan kriteria hasil :
§  pasien mendapatkan mobilitas pada tingkat
§  ikut serta dalam rencana tindakan
§  mengungkapkan pantangan yang dipertahankan & dimengerti
                        Intervensi     :     Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diperlukan untuk meningkatkan kesembuhan
                                                   Tinggikan ekstermitas yang sakit dan pasang kantung O2 sesuai indikasi
                                                   Beri penyangga pada ekstremitas yang sakit diatas dan dibawah fraktur ketika bergerak, berbalik dan mengangkat
                                                   Pantau gips, traksi dan sling setiap 1 jam pada awalnya kemudian setiap 4 jam, observasi terhadap integritas gips dan posisi pemberat traksi dan sling.
                                                   Bantu ajarkan penggunaan Trapes dan metode bergerak dan membalik
                                                   Lakukan latihan-latihan tentang gerak aktif atau pasif
                                                   Jelaskan pantangan dan keterbatasan aktifitas
                                                   Beri dorongan pada pasien untuk melakukan aktifitas dalam lingkup keterbatasan ; berikan bantuan sesuai kebutuhan.

·                       Diagnosa II        :         Potensial terhadap kerusakan perfusi jaringan perifer b/d lokasi fraktur resiko gangguan aliran anteriovena
      Intervensi         :         Pantau hasil distal dari fraktur setiap 1x2 jam yang b/d lokasi fraktur resiko gangguan aliran anteriovena
                                 Kaji pengisian kapiler, laporkan keadaan normal
                                 Peratahankan kesejajaran tubuh dan posisi yang diperlukan
                                 Observasi terhadap syndrome kompartemen
                                 Pasang stokinh antiemetik : lepaskan setiap hari untuk menginspeksi terhadap tekanan nyeri dan kemerahan.

·                            Diagnosa III       : Potensial terhadap perubahan perfusi jaringan cerebral  dan atau kardiopulmoner b/d emboli lemah.
      Intervensi          : Kaji status kardiopulmoner
                                 Pantau TTV setiap 2-4 jam, dihitung nadi spical
                                 Auskultasi untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 4 jam observasi terhadap hilangnnya.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. M.M.
DENGAN FRAKTUR FEMUR DEXTRA 1/3 PROXIMAL TERBUKA
DI IRINA A BAWAH RSU Prof. DR. R.D. KANDOU MANADO


I.                   Pengkajian
A.    Identitas klien
Nama                                 :           Tn. M.M
Umur                                 :           28 thn
Jenis kelamin                     :           Laki-Laki
Alamat                              :           Tatelu jaga 1
Agama                               :           Kristen Protestan
Pendidikan                        :           SMA
Pekerjaan                           :           Petani
Suku/bangsa                      :           Minahasa/Indonesia
Tanggal MRS/jam             :           13 April 2008
Tanggal pengkajian/jam    :           16 April 2008
No. Med. Reg.                  :           154263
Diagnosa medis                 :           Fraktur Femur Dextra /3 Proximal  Terbuka

B.     Riwayat kesehatan
1)      Keluhan utama
Luka dan nyeri pada kaki kanan
2)      Riwayat keluhan utama
Luka dan nyeri pada kaki kanan akibat keelakaan lalu lintas dialami pasien sejak 5 jam SMRS. Awalnya penderita sedang dibonceng motor dengan kecepatan tinggi, kemudian motor menabrat pembatas jalan yang sedang diperbaiki



3)      Riwayat kesehatan sekarang
Nyeri pada kaki kanan dirasakan klien bila klien melakukan pergerakan dan saat luka dibersihkan. Tanda-tanda Vital : TD 120/70 mmHg, N: 84X /M . R: 20 X /M. SB: 36,50C
Kesadaran : compos mentis, GCS  E4M6V5.
4)      Riwayat kesehatan dahulu
Klien sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit.
5)      Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga klien hanya klien yang mengalami penyakit seperti ini.
6)      Riwayat psikososial dan spiritual
Klien mengatakan cemas dengan keadaannya sekarang. Tapi klien cukup kooperatif dalam berkomunikasi dengan dokter, perawat dan keluarganya. Sebelumnya dirumah klien rajin mengikuti kegiatan-kegiatan ibadah. Saat dikaji klien mengatakan yakin akan kesembuhannya hanya dari Tuhan.

C.     Pola Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Gordon
1)      Persepsi terhadap kesehatan – manajemen kesehatan
Klien menyadari akan pentingnya kesehatan sehingga klien selalu mengontrolkan dirinya ke RS atau Puskesmas Klien tidak mempunyai kebiasaan merokok dan minum alkohol.
2)      Pola aktifitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri
Skor : 0 = mandiri, 1 = dibantu sebagian dengan alat, 2 = perlu bantuan orang lain, 3 = dibantu dengan alat dan orang lain, 4 = tergantung total.
Aktivitas
0
1
2
3
4
Mandi
Berpakaian/berdandan
Eliminasi
Mobilisasi ditempat tidur
Pindah



ü   

ü   
ü   

ü   

ü   









3)      Pola istirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat dan tidur menurut klien selama dirumah tidak ada gangguan, klien tidak menggunakan obat tidur. Istirahat siang jam 14.00 – 16.00. Istirahat malam jam 22.00 – 06.30. Lamanya tidur siang ± 2 jam, lamanya tidur malam ± 8,9 jam.
4)      Pola nutrisi – metabolik
Menurut klien saat dirumah klien makan dengan frekuensi 3 kali sehari dengan komposisi nasi, ikan, sayur, telur dan kadang-kadang buah. Porsi makan klien mulai dikurangi sesuai anjuran dokter. Klien minum air putih ± 8-9 gelas/hari.
5)      Pola eliminasi
Menurut klien saat dirumah klien BAB1 kali/hari, konsistensi lembek, berwarna kuning, tidak ada kesulitan BAB. BAK 6-7 kali/hari. Saat dikaji klien BAB 1 kali sejak pagi, konsistensi lembek, berwarna kuning, BAK 1 kali sejak pagi berwarna kuning jernih.
6)      Pola kognitif perseptual
Kesadaran compos mentis, GCS  E4M6V5, orientasi orang, tempat, dan waktu baik. Proses komunikasi terarah, klien kooperatif dengan perawat dan keluarganya. Pendengaran baik, penglihatan baik, klien dapat mengungkapkan nyeri yang dirasakan dan dapat melokalisir nyeri.
7)      Pola konsep diri
Klien merasa kurang berdaya dalam melakukan aktifitas oleh karena adanya luka di kaki kanan
8)      Pola koping
Klien berdoa pada Tuhan untuk kesembuhannya. Klien menyerahkan kesembuhannya pada Tuhan dan klien yakin Tuhan akan menolongnya. Klien optimis untuk sembuh.
9)       Pola seksual reproduksi
Terganggu karena pasien dalam keadaan sakit


10)   Pola peran – hubungan
hubungan klen dengan anak-anaknya sangat baik dan juga dengan masyarakat.
11)   Pola nilai kepercayaan
Klien beragama Kristen Protestan. Sebelumnya dirumah klien rajin mengikuti kegiatan-kegiatan ibadah. Nilai dan kepercayaan yang dianut klien tidak ada yang bertentangan dengan kesehatan. Klien yakin Tuhan adalah sumber kesembuhan dan kekuatan.

D.    Pemeriksaan fisik
1)      Data klinik
Usia     :           57 Tahun
TTV     :           TD    :  120/70 mmHg                   R         :     20 x/m
                        N      :  84 x/m                               S          :     36,5 oC
2)      Pernapasan dan sirkulasi
Frekwensi pernapasan             :     20 x/m
Kualitas pernapasan                :     normal
Batuk                                      :     tidak ada
Auskultasi                               :     ronchi tidak ada kiri dan kanan
                                                      wheezing tidak ada kiri dan kanan
3)      Metabolik integumen
-                Kulit
Warna           :            kuning langsat
Turgor           :            baik
Lecet/luka     :            luka pada kaki kanan
Kulit bersih, personal hygiene baik.
-                Mulut
Gusi               :           tampak kemerahan
Gigi               :           normal
-                Abdomen
Inspeksi         :           datar
Palpasi           :           lemas
Auskultasi     :           peristaltik usus normal

4)      Muskuloskeletal
-                ROM
Kepala                   :           fleksi, ekstensi dan rotasi bisa dilakukan
                                          Tangan kanan        :           fleksi, ekstensi dan rotasi bisa dilakukan
                                          Tangan kiri            :           fleksi, ekstensi dan rotasi bisa dilakukan
                                          Kaki kanan            :           fleksi, ekstensi dan rotasi tidak bisa dilakukan karena terpasang perban dan spalk
                                          Kaki kiri                :           fleksi, ekstensi dan rotasi bisa dilakukan
                                          Menggenggam otot :         tangan kanan dan kiri normal (kuat), kaki kanan lemah, kaki kiri normal.
                                          Kekuatan otot                                           Tonus otot
                                          5            5                                                  N            N
                                          4            5                                                  N            N

E.     Pemeriksaan penunjang
Tanggal 13 April 2008
Pemeriksaan foto (R) femur dextra 1/3 proximal mterbuka
Hasil : fraktur femur dextra 1/3 proximal terbuka

F.      Pengobatan
Ceftriaxone 3 x 1 gram
Ranitidin 3 x 1 amp
Ketorolac 3 % drips
ANALISA DATA
No.
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1.
DS :  klien mengatakan nyeri pada kaki kanan
DO :
-     ekspresi wajah tampak meringis
-     terpasangnya perban dan spalk pada kaki kanan
-     TTV :
TD : 120/80 mmHg
N    : 84x/m
R    : 24 x/m
S     : 36,5 oC
Benturan benda keras
fraktur femur dextra 1/3 proximal terbuka
Terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan kulit
Rangsangan nyeri dihantar ke hipotalamus
Nyeri dipersepsikan
Nyeri
2.
DS :  pasien mengatakan tidak dapat melakukan aktifitas sendiri
DO :
-        Aktifitas dibantu oleh perawat dan keluarga
-        Terpasang perban dan spalk pada kaki kanan
Benturan benda keras
fraktur femur dextra 1/3 proximal terbuka
Kerusakan jaringan neuromuskuler
Intoleransi aktifitas
Intoleransi aktifitas




II.                Diagnosa keperawatan
1)      Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan kulit ditandai dengan :
DS : klien mengatakan nyeri pada kaki kanan
DO : - ekspresi wajah tampak meringis
             - terpasang perban dan spalk pada kaki kanan
             - TTV :
                  TD : 120/70 mmHg
                   N    : 84 x/m
                                     R    : 24 x/m
                   S     : 36,5 oC
2)      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang dan kulit serta terpasangnya perban dan spalk pada kaki kanan/daerah fraktur. Ditandai dengan:
DS : pasien mengatakan tidak dapat melakukan aktifitas sendiri
DO :
-          Aktifitas dibantu oleh perawat dan keluarga
-          Terpasang perban dan spalk pada kaki kanan


No.
Diagnosa keperawatan
Perencanaan
Implementasi
Evaluasi
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.














































2
Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan kulit ditandai dengan :
DS : klien mengatakan nyeri pada  kaki kanan
DO :
-   ekspresi wajah tampak meringis
-   adanya luka robek ukuran 5x3 cm pada (R) calcanae dextra
-     TTV :
TD : 110/70 mmHg
N    : 80 x/m
R    : 24 x/m
    S     : 36,5 oC

































Intoleransi aktifitas berhhubungan dengan terputusnya jaringan tulang dan kulit serta terpasangnya spalk dan perban pada kaki kanan/daerah fraktur. Ditandai dengan:
DS :  pasien mengatakan tidak dapat beraktifitas sendiri
DO:
-       Terpasang spalk dan perban
-                Aktifitas dibantu keluarga dan perawat
Nyeri berkurang/hilang setelah diberikan tindakan keperawatan selama 2 hari. dengan kriteria hasil :
DS : klien mengatakan nyeri berkurang
DO :
-     Ekspresi wajah tampak tenang
-     TTV dalam batas normal






























Aktifitas pasien terpenuhi setelah diberikan tindakan keperawatan selama 2 hari, dengan kriteria hasil:
DS: klien mengatakan dapat melakukan aktifitas, meskipun masih dibantu sebagian
DO:  aktifitas pasien terpenuhi setelah dibantu
-       kaji dan catat tingkat nyeri




















-      observasi dan catat TTV





-      kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antibiotik dan obat suntikan lain
-      rawat luka setiap hari

-   kaji tingkat kemampuan pasien dalam beraktifitas

-   anjurkan keluarga untuk tetap membantu pasien dalam melakukan aktifitas
untuk mengetahui sejauh mana nyeri yang dirasakan sehingga dapat diketahui tindakan yang akan dilakukan selanjutnya














-      ketidakadekuatan volume sirkulasi mempengaruhi sistem perfusi jaringan

-       untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri





-       untuk mencegah terjadinya infeksi

-  membatasi persepsi diri tentang keterbatasan 
fisik aktual



-  dengan melibatkan keluarga dalam membantu aktifitas pasien, dapat mencegah terjadinya pergerakan yang terlalu aktif
Tanggal 16/4/06
Jam 09.30
-    mengkaji dan mencatat tingkat nyeri.  Hasil : nyeri karena trauma jaringan dan terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan kulit. Nyeri terpusat pada kaki kanan, nyeri dirasakan terus-menerus.
Skala nyeri
a. Tangisan : menangis tapi masih berespon terhadap kasih sayang (1)
b. Gerakan : tidak melakukan gerakan negatif (0)
c. Rangsangan emosi/agitasi : ringan (1)
d.Postur tubuh : tungkai dan paha fleksi (1)
e. Mengeluh nyeri : dapat melokalisasi daerah nyeri (1)
Hasil skor 3(nyeri sedang)
Jam 09.30
-    Mengobservasi dan mengkaji TTV
TD : 120/70 mmHg
N    : 84 x/m
R    : 20 x/m
S     : 36,5 oC

Tgl 17/4-08. Jam 09.00
-    Melayani obat suntikan
Ceftriaxone 3 x 1 gram IV
Ranitidin 3 x 1 amp IV
Ketorolac 3 % drips





Tgl 17/4-08 09.30
Membrsihkan luka dengan menggunakan khasa steril, betadine, dan cairan NaCl 0,9 %

17/4-08. Jam 08.00
-   Mengkaji tingkat kemampuan klien  dalam beraktifitas, yaitu klien dapat makan dan minum sendiri, klien dapat juga ke WC sendiri dengan menggunakan kursi roda.
-   Menganjurkan keluarga untuk membantu aktifitas pasien sehari-hari






Tanggal 16/4/08
Jam 09.30
S :   klien mengatakan nyeri mulai berkurang
O :- ekspresi wajah  tampak rileks
     - TTV dalam bats normal
       TD : 120/70 mmHg
        N    : 84x/m
        R    : 20 x/m
        S     : 36,5 oC

A :  masalah teratasi sebagian. Dengan hasil skor skala nyeri 3 (nyeri sedang)
P :  lanjutkan intervensi 1,2,3,4

















S:  pasien mengatakan dapat melakukan aktifitas sebagian tanpa bantuan orang lain
O: aktifitas pasien sebagian masih dibantu
A:  masalah teratasi sebagian
P:  lanjutkan intervensi keperawatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar